Oke sebelum gue cerita tentang hal yang gak penting ini gue mau
ngenalin diri gue dulu, ya siapa tahu aja ada cewek jomblo yang kepincut
dengan nama gue. Nama gue Hendri setiadi, kalian bisa panggil gue Henz
dan gue bukan teroris apalagi Ariel!! Gue cuma lagi ngejalanin misi gue
sebagai seorang jomblo, oke itu gak penting. Lanjut ke cerita.
Kisah ini berawal ketika gue kerja di CV milik saudara gue di Cikarang. Gue bekerja sebagai QC. Dan waktu itu gue ditugasin untuk ngerepair di salah satu perusahaan Korea di kawasan Hyundai Cikarang. Awalnya sih gue males banget kerja di sana, selain karena gue harus bangun pagi yang otomatis gue juga harus mandi pagi, dan itu hal yang paling gue takutin, bangun dan mandi pagi menurut gue itu horor banget, apalagi peraturannya yang seolah-olah merenggut kebebasan gue sebagai warga negara.
Hari pertama masuk kerja gue ngerasa masuk ke dalam dunia lain dimana makhluk-makhluk di sana begitu horor lebih horor dari malam jumat, mereka sok sibuk sampai gak ada yang peduli dengan kehadiran sosok pria tampan dan menawan (dibaca gue), jujur gue ngerasa gak dihargain (ini gak adil Tuhan), dalam otak gue seharusnya mereka bertanya siapa nama gue terus salaman atau minta foto bareng.
“Dasar makhluk-makhluk astral” gumam gue dalam hati.
Setelah itu gue menyusuri jalan kecil di tengah tumpukan palet-palet yang ada di pabrik ditemani oleh cewek aneh yang mengaku kalau dirinya titisan manohara, iya sih gue akuin dia itu cantik dan seksi tapi sayang otaknya korslet dia bernama Avrilia (sampai sekarang gue bingung harus manggil dia Avril atau lia), dia membawa gue ke sebuah ruangan yang berisi bok-bok kardus dan barang-barang sisa lainnya yang udah gak kepakai (dibaca limbah) dan gue baru sadar kalau ini adalah gudang yang dihuni oleh 3 orang mahluk astral. Gila dalam pikaran gue, gue dibawa ke gudang sama cewek yang baru gue kenal, jangan-jangan dia mau ngapa-ngapain gue, yes hati gue bersorak.
“Heh kenapa lo senyam-senyum kayak gitu?” tanya si Avrilia yang ngaku titisan manohara tadi. Gue kaget dalam hati, (gila jangan-jangan dia bisa baca pikiran gue)
“Kok lo malah diem?” Tanya dia lagi.
“Nggak kok gak kenapa-kenapa,” jawab gue sekenanya.
Terus dia ngasih tahu apa aja yang harus gue kerjain, setelah gue ngerti kemudian cewek itu kembali ke habitatnya. Gue pun mulai bekerja.
Kisah ini berawal ketika gue kerja di CV milik saudara gue di Cikarang. Gue bekerja sebagai QC. Dan waktu itu gue ditugasin untuk ngerepair di salah satu perusahaan Korea di kawasan Hyundai Cikarang. Awalnya sih gue males banget kerja di sana, selain karena gue harus bangun pagi yang otomatis gue juga harus mandi pagi, dan itu hal yang paling gue takutin, bangun dan mandi pagi menurut gue itu horor banget, apalagi peraturannya yang seolah-olah merenggut kebebasan gue sebagai warga negara.
Hari pertama masuk kerja gue ngerasa masuk ke dalam dunia lain dimana makhluk-makhluk di sana begitu horor lebih horor dari malam jumat, mereka sok sibuk sampai gak ada yang peduli dengan kehadiran sosok pria tampan dan menawan (dibaca gue), jujur gue ngerasa gak dihargain (ini gak adil Tuhan), dalam otak gue seharusnya mereka bertanya siapa nama gue terus salaman atau minta foto bareng.
“Dasar makhluk-makhluk astral” gumam gue dalam hati.
Setelah itu gue menyusuri jalan kecil di tengah tumpukan palet-palet yang ada di pabrik ditemani oleh cewek aneh yang mengaku kalau dirinya titisan manohara, iya sih gue akuin dia itu cantik dan seksi tapi sayang otaknya korslet dia bernama Avrilia (sampai sekarang gue bingung harus manggil dia Avril atau lia), dia membawa gue ke sebuah ruangan yang berisi bok-bok kardus dan barang-barang sisa lainnya yang udah gak kepakai (dibaca limbah) dan gue baru sadar kalau ini adalah gudang yang dihuni oleh 3 orang mahluk astral. Gila dalam pikaran gue, gue dibawa ke gudang sama cewek yang baru gue kenal, jangan-jangan dia mau ngapa-ngapain gue, yes hati gue bersorak.
“Heh kenapa lo senyam-senyum kayak gitu?” tanya si Avrilia yang ngaku titisan manohara tadi. Gue kaget dalam hati, (gila jangan-jangan dia bisa baca pikiran gue)
“Kok lo malah diem?” Tanya dia lagi.
“Nggak kok gak kenapa-kenapa,” jawab gue sekenanya.
Terus dia ngasih tahu apa aja yang harus gue kerjain, setelah gue ngerti kemudian cewek itu kembali ke habitatnya. Gue pun mulai bekerja.